Selasa, 05 Juni 2012

All I Need is You (part 1)

Title      : All I Need is You

Author  : Amirah Pane a.k.a Choi Mira ,, Loventia a.k.a Kim Jian

Cast      : Kim Ryeowook, Lee Sungmin, Choi Mira, Kim Jian

Support Cast : All Super Junior Member

Genre : Romance , Angst (?)

Disclaimer : All super junior member punya Tuhan, Orangtua dan SMent.Tapi khusus Kim Ryeowook and Lee Sungmin, They are ours.(bahasa inggris belepotan) #kibasponiWookie *Author dirajam Ryeosomnia sama VitaMin*

FF ini adalah ff pertama author, banyak yang gaje(?) dan abal - abal,,Mohon Bimbingan dan saran yang membangun..^^

Selamat Membaca..

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

   "Jian,,cepat bangun..," kata Eomma saat masuk ke kamarku.Aku tidak bergeming dan kembali melanjutkan tidurku yang tertunda.
   "Kim Jian,,cepat bangun atau eomma akan menyeretmu ke kamar mandi," kata Eomma dengan sedikit berteriak.Aku tetap berkonsentrasi dengan tidurku, karena aku tahu, eomma pasti akan menyerah.Dan dugaanku tepat.Eomma mulai beranjak dari tempat tidurku.
   "Baiklah Kim Jian, eomma akan memanggil Sungmin untuk membangunkanmu". Kali ini suara eomma sangat pelan.Setengah tersadar aku mendengarkan kata-kata eomma dan mencernanya.Tadi eomma menyebut nama Sungmin.Oh tidak, namja itu tidak boleh melihatku seperti ini.Aku langsung terbangun.Eomma masih ada dalam jangkauanku, aku masih bisa melihatnya tersenyum mengejek ke arahku.
   "Kenapa bangun Jian? Bukankah kamu masih mengantuk," tanya eomma.Aku bisa melihat senyum eomma dan memasang tatapan  Jangan-mengejekku-eomma."Dimana Sungmin ? " kali ini aku balik bertanya dan dengan santai eomma menjawab dengan enteng "Ada di rumahnya,".Oh Tuhan, aku sungguh murka. Eomma menghancurkan mimpi indahku.
   Dengan bermalas-malasan aku mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Hari ini adalah hari Senin.Aku tidak mau terlambat seperti minggu lalu.Maklum, aku tinggal di Indonesia jadi setiap Senin aku harus rela bangun lebih pagi karena ada upacara di sekolahku.Eommaku adalah orang Indonesia asli.Sementara appaku adalah warga negara Korea namun memilih menetap di Indonesia untuk memulai bisnisnya
   Aku sudah mengenakan seragam sekolah dan kini membawa serta tas ku ke ruang makan.Ada appa yang sedang asyik membaca koran, sementara eomma sibuk mempersiapkan sarapan dan bekal untukku."Nasi goreng Kimchi," batinku.Dan tak lama kemudian, eomma meletakkan sepiring nasi goreng dihadapanku."Selamat Makan," ujarku pada eomma dan appa.Appa hanya tersenyum melihatku makan dengan lahapnya.
   "Chagiya, hari ini appa tidak bisa mengantarmu ke sekolah," kata Appa sambil meminum kopinya."Jian, kamu akan pergi ke sekolah bersama Sungmin, tadi eomma sudah menelponnya dan sebentar lagi dia akan,"tiba-tiba saja kata-kata eomma terhenti karena mendengar suara bel.Eomma menjauh dari meja makan dan meninggalkanku serta apa untuk membuka pintu.
   
Sungmin PoV


   Ah,perkenalkan, aku Lee Sungmin.Aku adalah tetangga Jian.Kami bersekolah di sekolah yang sama.Sekarang aku sudah sampai di sebuah rumah bercat putih dan memencet bel.Tak lama kemudian,seorang ahjumma membukakan pintu untukku.
   "Annyeongaseyo ahjumma" sapaku.
   "Annyeong Sungmin-ah, deureooseyo,"
   Ahjumma itu mengajakku ke ruang makan. Disana aku bertemu dengan Jian dan ahjussi yang tentu saja appa Jian.Setelah memberi salam pada ahjussi,aku duduk disamping Jian yang masih memakan sarapannya.
   "Sungmin,apa kamu sudah makan ?" tiba-tiba saja eomma Jian muncul dari arah dapur."Ini ada nasi goreng kimchi, makanlah,"kata ahjumma sambil meletakkan piring di depanku."Ah ne,ahjumma," sahutku.Nasi goreng buatan eomma Jian memang enak sehingga aku makan dengan lahapnya.Sebenarnya aku bisa makan di rumah, namun tiba-tiba saja eomma Jian menelponku untuk datang ke rumahnya.


Sungmin PoV end.


- di Sekolah-


  "Jian-ah, nanti tunggu oppa disini ya,kita pulang bersama" kata Sungmin.
  "Ne oppa" sahut Jian.Kini ia sudah masuk ke kelasnya dan bertemu dengan temannya Maurice.Baru saja Jian meletakkan tasnya,bel sekola berbunyi.Seluruh siswa berbaris di lapangan untuk upacara.


   Waktu berlalu begitu cepat.Sekarang Jian sudah menunggu Sungmin di depan gerbang sekolah.Seorang namja kecil berlari ke arahnya dengan napas yang tersengal-sengal.


   "oppa,kenapa lama sekali?" sungut Jian.
   "hmmi..mianh..hae Jian," sahut sungmin dengan napas yang masih tersengal-sengal."Tadi oppa membersihkan kelas,"lanjutnya.Wajah Jian masih cemberut.Sepertinya dia sangat kesal.
   "Jangan marah ya Jian,nanti oppa akan mengajakmu ke suatu tempat yang indah.Mau kan?"
   "Jeongmaryo?"
   "Ne," sambung Sungmin cepat.Tiba-tiba saja dia menarik Jian untuk pulang.Jian hanya pasrah dan mempercepat langkahnya.Mereka bermain kejar-kejaran hingga akhirnya mereka sampai di rumah.


   "Cepat makan siang dan ganti bajumu,Jian, oppa akan mengajakmu ke tempat yang sudah oppa janjikan," kata sungmin semangat.
   "Baiklah oppa, Jangan terlambat lagi ya," sahut Jian dan dibalas dengan senyuman oleh Sungmin.Mereka bedua masuk ke rumah masing-masing.


Jian PoV


   Tempat apa yang sebenarnya akan ditunjukkan Minnie oppa padaku.Pikiranku melayang-layang, mencoba menerka akan kemana Minnie oppa mebawaku.Lapangan basket kah? atau  taman di perumahan.Oh,aku sungguh tidak sabar.
   
   Segera aku mengganti seragamku dengan baju santai,lalu turun ke ruang makan.Di sana sudah ada eomma yang setia menunggu sejak aku pulang sekolah.Di atas meja sudah tersaji makanan-makanan favoritku.Lagi-lagi aku makan dengan lahapnya.Eomma hanya geleng-geleng kepala dan mengingatkanku agar makan tidak terburu-buru.
  
   "Eomma,Jian pergi dulu ya"
   
   "Mau kemana jian? Istirahatlah dulu,kamu kan baru pulang sekolah"
  
   "Nanti saja eomma,".Aku menyambar topi yang ada sengaja ku taruh diatas meja makan.
  
   "Hati-hati Jian," aku masih mendengar suara eomma dari arah ruang makan."Ne," aku menjawab singkat.

Jian PoV end.

Author PoV

   Diluar pagar,seorang namja berbaju putih sedang berdiri manis menunggu seseorang.Tak lama kemudian, dari dalam rumah itu keluarlah seorang gadis kecil dengan topi dikepalanya.

   "Oppa pasti sudah lama menunggu,kenapa tidak masuk ke rumah dulu?"

   "Ah,aku baru saja datang Jian.Hei, kamu memakai topi yang oppa berikan ya?" kata sungmin sambil menunjuk topi yang dikenakan Jian.

   "Iya oppa, sekarang panas sekali,jadi aku pakai topi ini.Nah,sebagai hadiah untuk oppa, pakailah topi ini," tiba-tiba saja Jian memakaikan topi ke kepala Sungmin.Jian kecil harus berjinjit ria karena Sungmin lebih tinggi darinya.

   "Gumawo Jian-ya, Kajja," Sungmin naik ke sepeda hitamnya sementara Jian naik ke sepeda berwarna merah."Kita lomba, siapa yang terakhir sampai di tempat tujuan harus mentraktir ice cream," lanjutnya.Jian baru saja ingin bertanya kemana mereka akan pergi namun tiba-tiba saja Sungmin melesat jauh meniggalkan Jian.


  "Huh, Minnie oppa curang sekali," gumam Jian dan mengayuh sepedanya.Jian tidak ingin sampai terakhir jadi dia mengayuh sepedanya sekuat tenaga dan mengikuti Sungmin.Cuaca yang sedang panas tidak menghalangi mereka untuk bersepeda karena angin masih berhembus sepoi-sepoi.

   Tempat yang mereka tuju sepertinya cukup jauh dari rumah. Dari kejauhan Jian bisa melihat Sungmin duduk dibawah pohon yang rindang.Ada sebuah danau kecil disana.

   "Kim Jian, kau kalah.Ayo tepati janjimu, belikan oppa ice cream," sahut Sungmin.

   "Kau curang oppa, tidak memberitahukan tempat tujuan dan mencuri start. Ini tidak adil," sungut Jian.Kini wajahnya cemberut.

   "Yah, anggap saja ice cream itu imbalan karena oppa sudah mengajakmu ketempat ini,"

   "Kan oppa yang mengajakku,jadi kenapa aku harus memberi imbalan pada oppa," sambung Jian (gak nyante).

   "Ah sudahlah, oppa malas berdebat denganmu.Oppa sudah menepati janji,jadi ayo kita pulang,"

   "Oppa, sebentar lagi saja, aku ingin bermain dulu disini," rengek Jian."Aku akan menepati janjiku dan membelikan oppa ice cream," sambungnya.

   "Ne, oppa akan menemanimu tapi jangan lupakan janjimu ya,"sahut Sungmin.

   "Oppa bisa percaya janjiku," kata Jian sambil tersenyum.


   Mereka bermain bersama dan tertawa riang.Bermain air dan kejar-kejaran membuat nafas mereka tersengal hingga akhirnya memilih untuk tidur di bawah pohon.


   "Oppa," tiba-tiba saja Jian berbicara.


   "Ne," sahut Sungmin.Nafasnya sudah mulai teratur.


   "Jangan tinggalkan aku oppa,walaupun sebentar," ujar Jian dengan penekanan disetiap kata.Kata-kata itu membuat Sungmin terkejut.


   "Siapa yang akan meninggalkanmu Jian?Oppa tidak mungkin meniggalkanmu sendirian," lirih Sungmin.


   "Lalu yang eomma dan appa bicarakan kemarin?"


   "Membicarakan apa?"


Jian PoV


~ flashback on~


   Ini sudah jam 9 malam tapi mataku tetap tidak bisa terpejam.Aku sudah mencoba berbagai cara untuk mengundang rasa kantukku.Mulai dari menghitung domba (?) , mendengarkan musik slow, tapi tetap saja aku belum bisa tidur padahal besok aku harus sekolah.
   
   Aku berpikir keras.Apa lagi hal yang bisa kulakukan agar rasa kantuk cepat datang?Aku bingung,tidak tau harus berbuat apa hingga akhirnya sebuah cara terlintas dipikiranku.Dengan cepat aku meraih gagang telepon dan memencet angka dan dari seberang sana aku mendengar suara namja.Ya, aku menelpon Minnie oppa, tetangga sekaligus orang yang paling kupercaya.Dia paling mengerti kebiasaanku kalau sudah menelpon malam-malam.Sudah pasti aku tidak bisa tidur.


   "Yeobosseo oppa,"   


   "......."


   "Oppa, aku tidak bisa tidur,"


   "..........."


   "Ne, gumawo oppa,"


   Karena dapur ada dilantai bawah, aku bergegas turun.Minnie oppa menyarankanku untuk membuat segelas susu dan meminumnya.Semoga saja aku bisa tertidur.Kamar eomma dan appa tidak tertutup rapat hingga aku bisa mendengar obrolan mereka.Awalnya aku hanya berlalu, namun aku tidak sengaja mendengar nama Minnie oppa disebut.Ku hentikan langkahku dan mendekat ke arah pintu kamar.


   "Jae In, tadi aku ditelpon oleh ayahnya Sungmin,"


   "Ada masalah apa?"


   "Tidak ada masalah apa-apa, hanya saja mereka berpamitan."


   "Berpamitan? Berpamitan untuk apa?


   "Katanya perusahaan utama mereka di Korea sedang maju pesat, jadi mereka akan pindah ke Korea." 


   "Jijja? Pantas saja tadi aku melihat banyak barang yang dibenahi,"


   "Ne. Ah, urusan perpindahan kewarganegaraanmu bagaimana?"


   "Sedang dalam proses,"


   Aku tau menguping pembicaraan orangtua itu dilarang, tapi aku tidak menyangka eomma dan appa membicarakan kepindahan Minnie oppa.Aku memilih kembali ke kamarku.Sebenarnya aku masih tidak bisa tidur, tapi aku rasa hal yang tepat untukku saat ini adalah  kembali ke kamar.


  " Mungkinkah ini mimpi ?" Aku mencubit pipiku sendiri dan yang ada adalah rasa sakit.


  "Ini bukan mimpi," gumamku.


   Aku mencoba berbaring.Mencerna pembicaraan eomma dan appa.Mendengar kepindahan Minnie oppa dari mulut orangtuaku, membuat hatiku sedih.Kenapa Minnie oppa tidak jujur kepadaku? Oh Tuhan, aku tidak ingin berpisah dengannya.Memikirkan setiap kemungkinan yang ada membuatku lelah hingga akhirnya aku tidur larut malam.


~ flashback end ~


   Author PoV


   Jian menceritakan semuanya pada Sungmin.Jangan tanyakan apa Sungmin terkejut? Berita kepindahannya ini membuat perasaannya campur aduk.Sedih, kecewa dan marah bersarang di hati Sungmin.Dia tidak ingin meninggalkan Indonesia, atau lebih tepatnya meninggalkan Kim Jian.Namja itu menyayangi Jian dan merasa bahwa ini bukan sekedar sayang antara kakak dan adik.Entahlah, Sungmin juga bingung.


   "Kalau begitu, ikut saja oppa ke Korea.Kau tidak akan sendiri Jian," hanya itu kata-kta yang terlontar dari bibir Sungmin.


   "Itu tidak mungkin oppa, lalu bagaimana dengan orangtuaku?" Jian kembali murung.


   Sungmin tidak pernah memikirkan perpisahan antara dirinya dengan Jian. Semua ini diluaar dugaan.Dan yang dia pikirkan saat ini adalah bagaimana cara agar air mata Jian tidak jatuh.Sungmin mengeluarkan pisau lipat kecil.


   "Hei,apa yang kau lakukan oppa? jangan bunuh diri disini,"


   "Ikut oppa," kata Sungmin menarik lengan Jian untuk mendekat ke arah pohon."Ayo ukir namamu disini," ujar Sungmin dengan senyum tulusnya.Jian menuruti Sungmin dan mulai mengukir namanya kemudian memberikan pisau itu pada Sungmin.Sungmin mulai mengukir namanya dan membuat gambar hati disana.


   "Lihat, ukirannya sudah jadi,"


   "Minnie love Jian, oh oppa apa maksud ini semua?" pipi Jian memerah,membuat Sungmin gemas dan akhirnya mencubit pipinya.


   "Tentu saja ukiran nama kita Jian-ya,mungkin kita tidak bisa bersama untuk waktu yang lama,tapi kau harus yakin,takdir akan membawamu kembali padaku suatu saat nanti,"ujar Sungmin lirih."Kau harus berjanji pada oppa,"ujarnya.


   "Berjanji apa,oppa?"


   "Jadilah pacar oppa ketika kau sudah besar nanti," kata-kata itu meluncur tiba-tiba dari bibir Sungmin.Sebenarnya Sungmin ingin mengatakan hal yang berbeda dari dia ucapkan tadi, namun dia takut.Sungmin merasa hal itu belum pantas dia ucapkan.Meminta Jian menjadi istrinya, oh itu sungguh terlalu melenceng dari peredaran mengingat Jian belum terlalu mengerti.


   "Ne," Jian tersipu malu.Pipinya masih basah akibat air mata yang menetes.Dia memang menyayangi Sungmin dan merasa sayang itu lebih dari sekedar rasa sayang antara adik dengan kakak.


   "Kajja kita pulang, sudah sore," ajak Sungmin sambil menggenggam erat tangan Jian.


Sungmin PoV


   Aku baru saja mengantarkan Jian pulang ke rumah.Tampaknya dia masih sedih namun berpura-pura tersenyum.Kini yang ada dipikiranku adalah bagaimana cara yang baik untuk bertanya pada appa atau eomma tentang berita kepindahan kami.Aku memang sangat penasaran namun juga tak ingin menyinggung perasaan eomma dan appa.


   Di ruang keluarga,kebetulan sekali ada eomma,appa dan Sungjin.Mereka sedang duduk bersantai sambil mengobrol bersama.


   "Sungmin-ah,Kenapa sudah sore begini baru pulang?" tiba-tiba saja eomma menoleh ke arahku.


   "Tadi aku pergi bersama Kim Jian, eomma," jawabku seadanya."Eomma,appa ada yang ingin aku tanyakan," tukasku.


   "Duduklah Sungmin,"kata appa sambil menepuk kursi di sebelahnya."Apa yang ingin kau tanyakan pada appa?"


   "Appa, benarkah kita akan pindah ke Korea?"


   "Ne, tapi darimana kau tahu Sungmin?" jawab appa.Kata-kata appa itu sudah tidak mengejutkanku lagi hanya saja aku merasa kecewa dan sedih mereka tidak memberitahuku terlebih dahulu.


   "Aku tahu dari Kim Jian, appa.Kenapa eomma dan appa tidak memberitahuku sebelumnya?"


   "Ah,maafkan eomma, Sungmin ah.Eomma baru saja ingin memberitahumu sekarang," 


   "Bukankah itu bagus hyung? Kita akan kembali ke tempat kelahiran kita," sahut Sungjin.Kebahagiaan terpancar jelas di wajahnya.


   "Ah ne, kapan kita akan pergi eomma?"


   "2 minggu lagi Sungmin, persiapkan barang-barangmu," seru appa.


   Oh Tuhan, 2 minggu itu waktu yang singkat.Bagaimana mungkin aku akan meninggalkan gadis itu sendirian?Andwae.


   Aku memutuskan masuk ke kamarku.Mencoba memikirkan apa yang bisa aku lakukan untuk Jian sebelum nantinya kami akan berpisah.Hari ini aku lelah sekali jadi aku tidur lebih cepat tanpa makan malam.


~ Sungmin PoV end.


Author PoV


~ di sekolah ~


   " Kim Jian, ini ada surat untukmu," tiba-tiba saja Maurice yang baru datang memberi Jian sepucuk surat.Amplop surat itu berwarna pink cerah.Dengan cepat Jian membuka surat tersebut dan membacanya.


   To : Kim Jian.
   From : Lee Sungmin.


   Ada sesuatu di dalam lacimu.Cepat lihat dan gunakan yang oppa berikan.Jangan membantah.Oppa akan menjemputmu nanti siang di depan rumah.Jangan buat oppa menunggu.Saranghae ^^


                                                                                                     ~ Lee Sungmin ~


  
  Jian menutup surat itu cepat dan langsung berlari ke arah tempat duduknya.Setelah menaruh tasnya, Jian meraba lacinya dan menyentuh sebuah benda.Jian mengeluarkan benda itu dan melihat sebuah kotak kecil.Jian membukanya dan melihat seuntai kalung di dalamnya.Ada ukiran di kalung itu yang bertuliskan "M love J".


   " Kalung itu bagus sekali Jian," gumam Maurice.


   "Benarkah ?" sahut Jian.Maurice menganggukkan kepalanya dan masih terkagum dengan kalung tersebut."Kim Jian, kau beruntung sekali bisa disukai oleh Lee Sungmin, aku iri padamu," kata Maurice.Sebuah senyum tersungging dibibir Jian.


   Bel sekolah berbunyi, murid-murid masuk ke dalam kelasnya masing-masing.Pelajaran untuk hari ini tidak masuk ke pikiran Jian.Jian masih saja sibuk dengan lamunannya.Lee Sungmin adalah namja yang menarik.Dia baik hati, pintar, tampan dan pengertian.Beberapa kali Jian hampir dihukum gara-gara tidak konsen belajar.Oh, bayangan Lee Sungmin menari-nari dipikirannya.Hari ini, Lee Sungmin sama sekali tidak kelihatan batang hidungnya.


   Murid-murid kini sudah berhamburan keluar kelas, tidak terkecuali Kim Jian.Kalung itu masih di dalam genggamannya."M love J, hmm baguss juga," gumam Jian.Jian memasukkan kalung itu ke dalam kotak dan menyimpannya di dalam tas.Dia ingin sampai di rumah lebih cepat.


   Ting..tong..


   Jian menekan bel. Dari dalam rumah muncullah ibu Jian.


   "Kamu lari-lari lagi Kim Jian?"


   "Hmmh nne eomma," nafas Jian belum teratur.Jian langsung masuk ke kamarnya untuk mengganti baju.Tak lupa dikenakannya kalung pemberian Sungmin."Nice," gumamnya.Jian turun dari kamarnya dan duduk dimeja makan.


   "Makan pelan-pelan Jian," sahut eomma.


   "Ne, " jawab Jian singkat.Kali ini Jian benar-benar menuruti perkataan eommanya.Saat mereka sedang makan,tiba-tiba saja ada suara bel.Eomma sudah bersiap-siap beranjak dari meja makan,namun Jian mencegahnya.


   "Biar aku saja yang buka,Eomma makan saja," kata Jian.


   Jian beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu.Sesuai dengan dugaannya, Sungmin kini sudah ada di depan pintu.


   "Oppa, mianhae, aku sedang makan.Ayo masuk," ajak Jian.Jian tidak sadar kalau Sungmin memperhatikannya dari tadi.Tiba-tiba saja tangan putih Sungmin menyentuh sudut bibir Jian.


   Jian PoV


   Tangan putih Minnie oppa menyentuh sudut bibirku.Oh tidak, jantungku berdegup kencang.Apa yang hendak dilakukan namja ini? Rasanya roh ku terbang melayang ketika tangannya menyentuh bibirku.Dan perasaan aneh itu berubah menjadi rasa malu ketika aku sadar, ada bulir nasi dibibirku.Ahh tidakkkk.Ini sungguh melenceng dari peredaran.


   Minnie oppa tidak membuang bulir nasi itu.Dia malah memakannya lalu menyunggingkan senyum terbaiknya.Sial!! pertahanan diriku runtuh seketika.Selama ini aku selalu menjaga imageku di depan Minnie oppa."Kim Jian, kau benar-benar pabo," rutukku dalam hati.


  Aku hanya mengikuti langkah Minnie oppa dari belakang.Dengan kaos berkerah warna hitam dan celana jeans selutut, oppa benar-benar terlihat tampan.Kini aku semakin mengaguminya.


   "Amyeonghaseyo, Ahjumma," sapanya pada eomma.


   "Ah,anyeong Sungmin, ayo duduk dan makan siang," ajak eomma.


   "Aku sudah makan, ahjumma," sahutnya.


   Aku kembali duduk dan makan makanananku yang masih tersisa,sementara Minnie oppa menungguku di ruang tamu."Namja itu sopan sekali," batinku.Oh, lagi-lagi aku semakin mengaguminya.


   Beberapa menit kemudian, aku mengajaknya pergi.Sebelum kami pergi,oppa terlebih dahulu pamit dengan eomma.Dia menuntunku keluar rumah sambil menggenggam tanganku.Mungkin ini hanya perasaanku, tapi tangannya sungguh hangat.


   Sungmin PoV


   Aku menggenggam erat tangannya.Dia tidak protes dan aku melihat wajahnya memerah.


   "Ayo kita ke taman," ajakku.Dia mengangguk dan naik ke sepedanya.Aku ingin balapan sepeda lagi dengan yeoja ini.


   "Kali ini tidak ada traktir ice cream ya oppa, jajan mingguanku menipis," sahut Jian padaku.


   "Tenang saja, hari ini oppa yang traktir,"


   "Hohoho, kalau begitu aku mau 2," sebut Jian.


   "Kalahkan oppa dulu, maka oppa akan memberimu 2 ice," tiba-tiba saja Jian sudah meninggalkanku.




Author PoV


   "Lih..hatt..oppah, aku berhasill mengalahkanmu," kata Jian sambil mengatur nafasnya.


   "Kau curang Kim Jian," seru Sungmin.


   "Pokoknya aku mau 2 ice cream," rengek Jian.


  "Baiklah, kau tunggu oppa di bangku itu ya," titah Sungmin sambil menunjuk ke arah bangku taman.


   "Ne," jawab Jian singkat.Jian mendekat ke arah bangku dan duduk disana.Semilir angin membuat nafasnya kembali tenang.Pikiran tentang perpisahan itu kembali menyelimuti Jian.Tak lama kemudian, Sungmin datang dengan 3 ice cream dan tas kecil ditangannya.


   "Apa isi tas itu oppa?" tanya Jian penasaran.


   "Ah, ini kamera," sahut Sungmin.


   "Untuk apa?" kata Jian polos.


   "Tentu saja untuk memotret Jian," balas Sungmin sambil mengacak rambut Jian."Ayo makan ice creamnya, nanti mencair," seru Sungmin lagi.Sebuah senyum manis mengembang  di wajah Jian.Tiba-tiba saja Sungmin dengan sengaja memotret Jian.


    "Nice," gumam Sungmin.


   "Oppa, kenapa tiba-tiba mengambil gambarku?" rengek Jian."Wajahku pasti terlihat aneh," sahutnya.


   "Bukankah sejak awal memang sudah aneh," balas Sungmin yang langsung mendapat pukulan kecil di perutnya."Auu, sakit Jian," kata Sungmin lagi.Jian hanya diam dan berkonsentrasi dengan ice creamnya.


   "2 minggu lagi,"


   "2 minggu apa?"


   "2 minggu lagi, oppa akan pindah ke Korea,"


   "Hmm," jawab Jian singkat yang membuat Sungmin bingung.


   "2 minggu lagi oppa akan pindah Jian.Apa kau tidak sedih?"


   "Mwo? 2 minggu lagi? Kenapa secepat itu?" jawab Jian.Ada raut kesedihan diwajahnya.


   "Lalu kenapa kau hanya mengatakan hmm?" sahut Sungmin kesal.


   "Aku kira oppa bilang 2 bulan," seru Jian enteng.


   "Telingamu harus diperiksakan ke dokter," balas Sungmin."Ayo kita foto lagi ,"kata Sungmin.


   Mereka mengabadikan beberapa foto di taman.Hari ini taman benar-benar sepi jadi mereka puas bermain hingga senja datang.Sungmin mengajak Jian pulang.Kali ini mereka tidak lagi balapan.


   "Masuklah," kata Sungmin ketika mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Jian."Besok kita berangkat sekolah bersama," seru Sungmin.Jian hanya mengangguk tanda setuju.


   #skip ke hari kepergian Sungmin.


   Waktu 2 minggu bukanlah waktu yang panjang.Di hari kepergian Sungmin, Jian berusaha untuk menahan tangisnya.Dia tidak ingin Sungmin khawatir padanya.


   "Jian, kamu memakai kalung yang oppa berikan?" tanya Sungmin.


   "Tentu saja oppa,"jawab Jian sambil menunjukkan kalungnya.Tiba-tiba saja Sungmin mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celana dan memperlihatkan kalung yang sama seperti Jian.


   "Loh? Oppa punya juga?"Jian kembali bertanya.


   "Tentu saja," sahut Sungmin dengan senyum di wajahnya."Aku juga akan memakai kalung yang sama denganmu,Jian, ".Sungmin mengenakan kalung itu.


   "Ayo kita foto bersama," seru eomma Sungmin mengambil kamera dari tasnya.Setelah mengambil foto beberapa kali tiba-tiba saja Sungmin merangkul bahu Jian."Tolong foto kami,eomma," sahut Sungmin.Jian agak terkejut dengan perlakuan Sungmin namun tetap tersenyum.


   "Temani oppa sebentar," tiba-tiba Sungmin menggenggam tangan Jian dan mengajaknya menjauh dari tempat orangtuanya.Mereka masuk ke sebuah stand dan Sungmin membelikan lollipop untuk Jian.


   "Gumawo, oppa," kata Jian.


   "Ne," jawab Sungmin singkat."Ada rahasia yang harus oppa sampaikan padamu," tiba-tiba saja mimik wajah Sungmin mendadak serius.


   "Rahasia apa, oppa?" sahut Jian antusias.Sungmin mendekatkan wajahnya ke telinga Jian.Kini Jian bisa merasakan hembusan nafas Sungmin.


   "Saranghae," bisiknya pelan.Bisikan itu berhasil membuat wajah Jian memerah dengan sempurna.


Jian PoV


   "Saranghae," bisik Minnie oppa pelan.Oh, sekujur tubuhku lemas.Apa wajahku tadi memerah lagi? "Minnie oppa, kau sukses membuatku malu dan terpesona padamu,"batinku.Minnie oppa lagi-lagi menggenggam tanganku dan membawaku ke tempat kami berkumpul bersama eomma dan appa.


Author PoV

   "Kalian darimana saja?" kata appa Sungmin ketika kami datang.


   "Kami membeli lollipop, appa," jawab Sungmin.


   "Kami kira kalian diculik," seru eomma Sungmin.Raut khawatir tampak jelas diwajahnya.


   "Kajja Sungmin, kita akan berangkat 5 menit lagi," sahut appa Sungmin.


   "Ne, appa," jawab Sungmin patuh."Jaga dirimu baik-baik Jian, kalau libur berkunjunglah ke Korea," seru Sungmin.


   Air mata Jian tidak terbendung lagi.Dia menangis sesenggukan.Sungmin mendengar suara tangisan itu dan kembali ke tempat Jian.Appa, eomma dan Sungjin telah meninggalkannya lebih dulu.


   "Hei Kim Jian.Kenapa kau menangis?" kata Sungmin sambil mengusap air mata di pipi Jian.


   "Minnie oppa," lirih Jian."Oppa harus sering-sering menelponku.Janji?"kata Jian sambil menunjukkan kelingkingnya.

   "Ne, oppa janji," seru Sungmin sambil mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Jian."Oppa harus pergi.Jangan nakal," Sungmin mengacak-acak rambut.

   Jian hanya mengangguk.Pipinya masih dibasahi air mata yang sedari tadi terus saja keluar.Jian menatap Sungmin hingga bayangannya hilang dari pandangan Jian.

   "Kajja, kita pulang Jian," ajak appa Jian sambil merangkulnya.Jian menuruti appanya dan berjalan diantara appa dan eommanya.

   Di mobil Jian hanya diam dan menatap langit.Tidak ada sepatah kata pun keluar dari bibirnya.Suasana di mobil benar-benar hening hingga appa dan eomma Jian harus memutar otak agar dapat melihat Jian tersenyum kembali.

   Mobil Jian berhenti di sebuah toko ice cream.Eomma menuntunnya ke luar dari mobil.Membawa Jian masuk ke dalam toko dan duduk di kursi sambil menunggu pelayan membawa daftar menu.Tempat ini adalah tempat favorit Jian.Dan jangan lupakan Sungmin.Mereka berdua benar-benar penggila ice cream.

   "Silahkan Tuan,Nyonya, pesanannya," seru pelayan sambil meletakkan 2 daftar menu di atas meja.

   "Aku pesan secangkir moccachino, 1 mexicanner dan 1 strawberry mix flava," kata appa.

   Beberapa menit kemudian,semua pesanan datang.Appa Jian menyeruput moccachinonya sementara eomma Jian memakan mexicannernya.Jian hanya mengaduk-aduk strawberry mix flavanya hingga mencair.

   "Minnie oppa suka ice cream ini," gumam Jian.Entah kenapa pikiran Jian kembali dipenuhi kenangan-kenangan tentang Sungmin.Bahkan kejadian 2 minggu lalu masih dapat diingat oleh Jian dengan jelas.Mengingat Sungmin membuat air mata Jian kembali menetes.

   "Ya,Kim Jian.Kenapa menangis lagi?" kata eomma tiba-tiba.

   "Minhh..nniee..oph..ppahh haaaa suu..kkaa.. sss..sekaaa..li.. iii..ice cream in..niii," isak Jian.Eomma memeluk Jian.Menyalurkan kehangatan agar tangisan Jian mereda.Kali ini air mata Jian sudah terkuras habis dan yang tersisa hanyalah isakkan Jian.Appa sudah selesai dengan moccachinonya.Ice cream Jian benar-benar mencair dan tak tersentuh sedikitpun.Jian sudah dekat sejak lama dengan Sungmin jadi appanya bisa mengerti kenapa Jian begitu sedih hari ini.

   "Chagiya, kita juga akan pindah ke Korea," kata Appa Jian.

   "Appa bercanda?Bagaimana mungkin..," tiba-tiba saja Jian tidak melanjutkan kata-katanya.

   "Yang dikatakan appamu itu benar Jian.Kita akan pindah ke Korea setelah perusahaan kita berkembang pesat disana.Eomma juga sedang mengurus surat perpindahan kewarganegaraan jadi kita bisa menetap di Korea," jelas eomma panjang lebar.Jian berusaha mencerna kata-kata yang terlontar dari eommanya.

   "Jangan menangis lagi chagi," bujuk appa.

   "Ne," jawab Jian singkat."Bisakah kita pulang, appa,eomma?" tanya Jian."Aku lelah sekali"

   Appa segera membayar tagihannya dan membawa Jian pulang.Sesampainya di rumah Jian langsung masuk ke kamarnya dan berjalan ke arah balkon.Dulu Jian sering sekali berbicara dengan Sungmin dari balkon karena kamar Sungmin tepat berada di samping kamar Jian.Udara hari ini cukup dingin hingga Jian memutuskan untuk masuk kembali kamarnya.Tanpa makan malam Jian ingin langsung tidur namun eomma terlanjur memanggilnya.

   Saat makan malam,Jian kembali diam.Tiba-tiba suara telepon terdengar.Jian segera melesat dan mengangkat gagang telepon.Dia berharap kali ini Sungmin yang menelpon.Dugaannya tepat,Sungmin menepati janji dan menelponnya hari ini.

   Jian PoV

   Aku mengangkat gagang telepon dan mendekatkannya ketelingaku.Suara seseorang yang kukenal terdengar.

   "Yeobosseo,"

   "......."

   "Oppa, apa kau sudah sampai di Korea?"

   ".........."

   "Aku sudah makan,oppa.Bagaimana dengan oppa?"

   "........."

   "Ne, aku akan tidur lebih awal.Jaga dirimu oppa,"

   "Bye," aku meletakkan kembali telepon itu.Setidaknya perasaanku sedikit lebih tenang setelah mendengar suaranya.Aku menyelesaikan makan yang tertunda setelah itu mengucapkan selamat malam kepada eomma dan appa.Kalung itu masih kukenakan.Ya,kalung pemberian Minnie oppa itu membuatku merasa oppa masih ada di dekatku.Hari masih terus berlanjut.Aku yakin,pada waktunya nanti aku akan bertemu kembali dengannya.

   Jian PoV end.


   Author PoV


~ Beberapa Tahun Kemudian ~

   Hari ini keluarga Jian pindah ke Korea.Perusahaan yang dibentuk appa Jian beberapa tahun lalu berkembang pesat dan kini berpusat di Korea.Hari ini benar-benar ditunggu oleh Jian.Beberapa tahun belakangan,Sungmin tidak pernah lagi menelepon atau berkirim surat padanya.Appa bilang mereka sudah pindah dari Busan ke Seoul.

   "Jian,apa ada lagi yang tertinggal?" tanya eomma.

   "Tidak ada eomma,semuanya sudah lengkap," sahut Jian.Sejak tadi Jian sudah memeriksa semuanya berkali-kali.

   "Kajja,kita berangkat," kata Appa.Pesawat yang kami tumpangi akan berangkat 30 menit lagi.Namun kami sampai di bandara 5 menit sebelum jadwal keberangkatan.Eomma langsung mengajakku masuk ke bandara.Baru beberapa langkah berjalan, Jian berhenti sejenak di depan sebuah toko.



   Toko itu, toko tempat Sungmin membelikannya lollipop.Jian mereview ingatannya kembali dan kembali mematung di depan toko tersebut.


   "Yaa,Kim Jian,sebentar lagi kita akan berangkat," eomma membuyarkan lamunan Jian.Jian hanya mengangguk dan mengikuti langkah ibunya.


   Perjalanan ke Seoul memakan waktu berjam-jam hingga akhirnya Jian dan keluarganya sampai di Incheon airport.Mereka berjalan ke arah pintu keluar dan disana sudah ada seorang lelaki paruh baya yang menunggu mereka.


   Jian PoV


   Kali ini aku tidak akan tinggal bersama eomma dan appa.Aku akan tinggal sendiri di sebuah apartemen di Seoul sementara eomma dan appa akan menetap di Daegu.Untuk  seminggu kedepan eomma akan menemaniku di apartemen agar aku terbiasa.


   Kami sampai di sebuah apartemen bernama Seoulastic.Apartemen ini cukup menarik dengan berbagai fasilitas yang tersedia.Secara keseluruhan tempat ini nyaman dan layak huni.Eomma mengajakku segera masuk dan melihat apartemen baruku.


   "Jian,apa kamu yakin akan tinggal di Seoul sendirian? Kalau berubah pikiran eomma bisa membatalkan pendaftaranmu di universitas jadi kita bisa bersama-sama di Daegu," pertanyaan ini terlontar lagi dari bibir eomma dan hanya sebuah gelengan kepala yang aku berikan.Eomma tampak menghela napas.


   Tanpa membuang-buang waktu,aku merapikan baju-baju dari koper ke lemari.Sementara eomma sibuk menata ruang tamu, mengatur letak barang disana-sini hingga malam hari menjelang dan sepertinya eomma tak akan mampu membuat makan malam hari ini.


   Author PoV


    Jian mengajak eomma dan appanya yang baru pulang bekerja ke sebuah restoran untuk makan malam.Dengan diiringi lagu-lagu klasik dari sebuah piano mereka tampak menikmati hidangan yang ada.

   "Besok mulailah kuliah di Seoul University,Jian," ujar appa membuka pembicaraan.


   "Benar kata appa.Jangan terlambat bangun di hari pertamamu kuliah chagi," sahut eommasambil menatap Jian.


   "Bukankah besok eomma bisa membangunkanku?" tanya Jian.


   "Mungkin tidak Jian.Eomma akan berangkat ke Daegu pagi-pagi sekali.Mianhae eomma tidak bisa membangunkanmu," balas eomma.


   "Hmm gwenchana eomma," kata Jian lagi.Ada sesuatu yang ingin dimintanya dari appa dan eomma sebelum mereka pergi ke Daegu.Sebuah permintaan yang simple untuk mengisi waktunya selama di Seoul."Appa, aku ingin membuka cafe di Seoul, jadi setelah pulang kuliah aku bisa mengisi waktu luang.Lagipula sepertinya usaha cafe anak-anak muda di Seoul cukup menjanjikan.Boleh ya appa," pinta Jian dengan manja pada appanya.Sang appa tampak sedang berpikir dengan dahi yang mengerut."Boleh kan appa? Aku janji akan mengelolanya dengan baik," ujar Jian meyakinkan appanya.